Sabtu, 13 Januari 2018
Bismillah.
Menjadi anak bangsa bukanlah hal yang mudah, bagi mereka
yang tidak bersungguh-sungguh.
17 Agustus 1945 merupakan tanggal bersejarah bagi
kemerdekaan bangsa Indonesia.
28 Oktober 1928 merupakan tanggal bersatunya putra-putri
bangsa Indonesia.
Cukup dengan 2 tanggal ini, telah menunjukkan betapa
banyak hal yang telah dilalui oleh bangsa Indonesia.
Bangsa yang terpecah belah, akhirnya bersatu karena satu
rasa, satu tujuan, satu cita, yaitu menjadi bangsa yang merdeka.
Lantas, saat ini apa yang membuat anak bangsa melupakan
perjuangan orang terdahulu? Bukankah setiap hari Senin, sekolah di seluruh
Indonesia melaksanakan upacara bendera? Bukankah setiap 17 Agustus seluruh
bangsa Indonesia turut serta dalam memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia?
Namun, mengapa masih ada anak bangsa yang belum memiliki jiwa nasionalisme? Apa
yang ada di otak mereka?
Bagaimana mungkin mereka mengingkari kenyataan yang telah ada selama 72 tahun Indonesia merdeka? Detik, menit, jam, hari telah berlalu. Bangsa Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan kualitas, baik dari luar maupun dari dalam Indonesia itu sendiri. Namun, mengapa belum ada perubahan pada Indonesia? Umur berapa Indonesia baru bisa menjadi negara maju? Sampai kapan Indonesia meminta-minta pada bangsa lain? Sampai kapan Indonesia harus berada di bawah tekanan bangsa lain?
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah pertanyaan yang kerap
kali terlintas di pikiran saya. Memang benar, jiwa nasionalisme dalam diri ini tidak
sesempurna jiwa nasionalisme pahlawan bangsa terdahulu, tetapi jiwa nasionalisme
ini akan selalu saya tumbuhkan. Cinta tidak akan tumbuh bila bukan kita sendiri
yang menumbuhkannya. Cinta tidak bisa tumbuh bila kita tidak membiasakannya. Jadi,
mengapa masih ada anak bangsa yang tidak mencintai negrinya sendiri? Memangnya selama
ini dimana mereka tinggal? Bukankah mereka hidup di tanah air Indonesia? Bukankah
mereka mengambil makanan dan kebutuhan lainnya dari tanah Indonesia? Mengapa masih
ada anak bangsa yang tidak mencintai negrinya sendiri? Padahal mereka telah
terbiasa hidup di Indonesia.
Saat menyadari hal ini, rasanya miris, masih banyak dari anak
bangsa yang tertawa dan terlarut dalam kenikmatan mereka atas tanah Indonesia tanpa
berterima kasih pada tanah air Indonesia. Kalian tidak perlu menanam uang
kalian di dalam tanah Indonesia. Yang perlu kalian lakukan hanyalah memajukan bangsa
Indonesia secara nyata. Indonesia adalah negri yang kaya. Kalian hanya perlu
mengolahnya. Masih banyak hal lain yang bisa kalian lakukan. Dan yang
terpenting adalah, kalian lah yang akan menjadi nahkoda bagi nasib bangsa
Indonesia tahun-tahun berikutnya. Siapkan dirimu. Hadapi dunia bersama dengan
anak bangsa lainnya. Karena nasib bangsa ini, tidak bergantung pada bangsa
luar, melainkan bergantung pada anak bangsanya sendiri. Siapa mereka, kalau
bukan kita golongan terpelajar. Pertanyaan selanjutnya, apakah kalian golongan
terpelajar yang sesungguhnya, atau hanya menyandang label golongan terpelajar
saja? Hanya kalian yang membaca ini yang mampu menjawabnya.
Wassalam.